Deli Serdang, 14 Maret 2022 – Presiden RI Joko Widodo, meresmikan pabrik minyak
makan merah yang berada di Regional 1 PTPN I (sebelum merger merupakan wilayah kerja
PTPN II), Desa Pagar Merbau II, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara, pada Kamis (14/03/2024).
Pabrik tersebut merupakan hasil inovasi yang dirancang dan dibangun oleh salah satu anak
perusahaan Holding Perkebunan Nusantara, yakni PT Riset Perkebunan Nusantara dan
unit usaha Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah, serta Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menyampaikan, kehadiran pabrik pertama yang
memproduksi minyak makan merah ini diharapkan memberikan nilai tambah signifikan bagi
petani sawit. ” Oleh sebab itu, kita bangun pabrik minyak makan merah, ini yang pertama
kali dan ini kita harapkan dapat memberikan nilai tambah yang baik bagi para petani sawit,
utamanya yang sudah dalam bentuk koperasi. Jadi, harga TBS (tandan buah segar) tidak
naik dan turun karena di sini semuanya diolah menjadi barang jadi yaitu minyak makan
merah,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Presiden mengajak masyarakat untuk menggunakan produk dalam
negeri ini sebagai langkah mendukung pemasaran dan konsumsi produk yang
berkelanjutan. “Ini sudah dicoba oleh beberapa chef dan mereka menyampaikan, ‘Pak,
minyak makan merah ini beda. Lebih enak dan dicek gizinya lebih baik’,” jelasnya.
Lebih lanjut Presiden menyampaikan bahwa pembukaan pabrik ini juga merupakan bagian
dari upaya hilirisasi, yaitu proses peningkatan nilai tambah komoditas melalui pengolahan
menjadi produk jadi. “Jangan jual TBS, jangan jual CPO, kalau bisa jadikan barang-barang
jadi seperti ini. Ini bagus sekali,” tegasnya.
Indonesia, sebagai negara dengan lahan kebun kelapa sawit seluas 15,3 juta hektare,
dengan 40,5 persen di antaranya milik petani, terus berupaya meningkatkan nilai tambah
produksi dalam negeri.
Menteri BUMN Erick Thohir dalam beberapa kesempatan, menyampaikan bahwa ekosistem
hilirisasi sawit memang terus dibangun pemerintah. Hal itu dilakukan agar para petani sawit
juga menikmati nilai tambah dari komoditi sawit yang mereka tanam. “Jadi tak semata menjual tandan buah segar, sementara masih ada sederet lagi varian olahan sawit yang tak
kalah potensial dalam mengangkat ekonomi kerakyatan,” ujarnya.
Salah satunya, lanjut Erick, adalah minyak makan merah yang pabrik pengolahannya sudah
dibangun dan segera beroperasi di Sumatera Utara. ”Kami ingin membuat terobosan.
Setiap 1.000 hektar kebun sawit, petani harus punya satu pabrik minyak makan merah
sendiri. Ekonomi kerakyatan harus menjadi bagian penting dalam pembangunan ekonomi
nasional,” ujarnya.
Menteri BUMN mengatakan, keberadaan pabrik minyak makan merah ini dibuat agar BUMN
bisa mengintervensi perekonomian, khususnya dalam kelangkaan minyak goreng. “Kita
tetap melibatkan ekonomi rakyat, yakni petani. Ini yang kita mau keberlanjutannya,
memberikan kepercayaan kepada rakyat agar bisa mengelola sumber daya alamnya,”
tambah Erick.
Produksi 7 Ton Minyak Per Hari
Sementara itu, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero),
Mohammad Abdul Ghani, yang turut mendampingi peresmian tersebut, menyampaikan
bahwa Pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau merupakan salah satu pilot project dari
tiga pabrik serupa yang juga akan dibangun di Sumatera Utara. Dua pabrik di antaranya,
berencana akan dibangun di Kabupaten Asahan dan Kabupaten Langkat.
Pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau, lanjut Ghani, akan mengolah bahan baku
tandan buah segar (TBS) dari sekitar 1000 hektare luas lahan kelapa sawit milik PTPN
Group. “Kapasitas olah pabrik ini adalah 10 ton CPO per hari dan targetnya, dalam satu hari
menghasilkan 7 ton minyak makan merah,” paparnya.
Pembangunan pabrik minyak makan merah rencananya akan diimplementasikan ke pabrik
kelapa sawit di seluruh Indonesia. Dengan begitu, diharapkan tidak ada lagi isu minyak
goreng untuk masyarakat kecil. “Selain itu, juga diharapkan bisa menyelesaikan masalah
stunting serta pemberdayaan ekonomi masyarakat,” ujar Ghani.
Keberadaan pabrik minyak makan merah akan memberikan solusi bagi Petani Rakyat,
dimana mereka juga mendapatkan nilai tambah yang jauh lebih besar dibandingkan hanya
menjual TBS. Dengan rata-rata kepemilikan sawit petani 2 hektare per keluarga, satu pabrik
bisa melibatkan 500 keluarga petani untuk hilirisasi sawit.
Turut mendampingi Presiden dalam peresmian pabrik tersebut, antara lain Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki, Pj. Gubernur Sumatra Utara Hassanudin, dan
Bupati Deli Serdang Muhammad Ali Yusuf Siregar.
Untuk diketahui, bahwa minyak makan merah PPKS mengandung vitamin E dan karoten
lebih tinggi dibandingkan dengan minyak sawit merah nabati lain. Minyak makan merah
juga mengandung asam lemak jenuh lebih rendah dibanding dengan virgin palm oil (VPO),
dan terbukti lebih unggul dari minyak goreng, karena masih dapat mempertahankan
kandungan fitonutrien-nya.
Dengan berbagai keunggualan nutrisi tersebut, minyak makan merah dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu bahan makanan yang multifungsi, dari mulai menggoreng, hingga
konsumsi langsung sebagai minyak makan.
Kandungan fitonutrien, komposisi asam lemak, dan vitamin E, menjadikan minyak makan
merah sebagai produk fungsional yang strategis. Selain sebagai salah satu upaya
pengentasan stunting, juga dapat dimanfaatkan menjadi bahan aktif kosmesetikal yang
dapat mencegah penuaan dini, dan bahan farmasi pencegah penyakit degeneratif.
Discussion about this post