Paalmera.com – Dalam era digital, konsumerisme telah menjadi bagian integral dari kehidupan mahasiswa. Konsep ini menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan dan kesenangan, serta tidak hemat. Gaya hidup konsumerisme ini telah menjalar ke berbagai kalangan, termasuk mahasiswa.
Menjadi mahasiswa berarti menunjukkan sisi yang lebih dewasa dan berwibawa dibanding saat masih SMA. Namun, gaya hidup konsumerisme dapat menjadi masalah serius jika tidak ditangani dengan baik. Konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan beberapa masalah, seperti kerentanan terhadap kejahatan finansial dan hutang akibat manajemen pengeluaran yang tak terkendali.
Namun pada kenyataan nya yang saya lihat zaman sekarang banyak mahasiswa yang terpengaruh oleh influencer dan selebriti internet yang memamerkan barang-barang mahal dan gaya hidup mewah. Mereka menjadi idola bagi para pengikut yang ingin mencapai kesetaraan status dengan mereka. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku mahasiswa, membuat mereka membeli produk-produk tertentu dengan harga yang fantastis dan belum memiliki kesadaran finansial yang cukup.
Kecenderungan perilaku konsumtif di kalangan mahasiswa sudah menjadi virus yang dapat menimbulkan dampak bagi dirinya sendiri. Sikap dan perilaku mahasiswa, arah perjuangannya tidak ada lagi nilainya. Jika hal ini tidak diperhatikan maka idealisme dan moral mahasiswa akan terkikis sampai ke tingkat yang paling rendah. Tentu saja dampak serius dari fenomena konsumerisme ini, para mahasiswa akan kehilangan banyak waktu untuk belajar dan meningkatkan kemampuan analisisnya. Karena mahasiswa disibukan dengan mengejar trend fashion yang sedang populer. Oleh karena itu, banyak orang tua mahasiswa yang akhirnya mengeluarkan pengeluaran melebihi pendapatannya karena anaknya tergoda untuk menggunakan berbagai barang yang tidak perlu dan tidak memenuhi kebutuhan dasarnya.
Dengan demikian, konsumerisme telah menggiring mahasiswa ke dalam culture of banality (budaya kedangkalan), di mana segala informasi yang mereka terima langsung dicerna mentah-mentah, tanpa diproses, diverifikasi, dan didalami dengan logika kerja pikiran. Kemudian, mahasiswa semakin jauh dengan buku-buku bacaan yang membuat kritis. Tidak hanya itu ,Lingkungan juga menjadi korban dari budaya konsumerisme modern. Transaksi jual beli yang dilakukan secara daring rawan dimanfaatkan oleh pihak-pihak dengan niat buruk, seperti penipuan dan peretasan akun bank. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk memiliki edukasi finansial yang cukup dan perlindungan hukum yang jelas.
Untuk mengatasi konsumerisme yang berlebihan, para penjual diharapkan mampu memperhatikan aktivitas konsumen dalam membeli produk-produk secara online. Mereka dapat membatasi diskon berlebih dan menekan pada barang-barang yang dipromosikan oleh toko tersebut, sehingga konsumen tidak mudah terpengaruh dan tergiur oleh promosi tersebut. Dapat disimpulkan, konsumerisme mahasiswa dapat menjadi masalah serius jika tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk memiliki kesadaran finansial yang cukup dan perlindungan hukum yang jelas, serta untuk memperhatikan aktivitas konsumen dalam membeli produk-produk secara online.
Discussion about this post