Paalmerah.com, Semarang — Besar Ethiopia berkesempatan mengunjungi Pabrik Kopi Banaran, PT Perkebunan Nusantara IX (PTPN IX) yang merupakan anak perusahaan Holding PTPN III (Persero) di Kabupaten Semarang pada Senin, 2 Oktober 2023.
Kunjungan tersebut merupakan bagian acara Anjangsana Kopi Nusantara (Nusantara Coffee Summit) yaitu salah satu rangkaian acara Malioboro Coffee Night yang digagas oleh Komunitas Kopi Nusantara dan Pegiat Diplomasi Kopi Kementerian Luar Negeri. Acara ini sekaligus sebagai ajang pertemuan produsen dan konsumen kopi baik lokal maupun internasional sehingga dapat membuka peluang kerjasama lebih luas lagi.
Dalam kunjungan ke Pabrik Kopi yang dibangun sejak 1911 tersebut, Duta Besar negara sahabat dari Ethiopia diterima langsung oleh Direktur Pemasaran Holding Perkebunan – Dwi Sutoro dan Direktur PTPN IX, Dodik Ristiawan, “Sebagai perkebunan skala besar, kopi hasil kebun PTPN IX diolah di Pabrik Kopi Banaran ini.
Masyarakat umum bisa mengunjungi Pabrik Kopi Banaran untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan kopi berkualitas. Ini adalah upaya PTPN untuk memberikan edukasi kepada masyarakat” ujar Dwi Sutoro yang juga merupakan Ketua PMO Kopi Nusantara.
Dodik Ristiawan, dalam sambutannya menyampaikan bahwa PTPN IX selaku anak perusahaan Holding Perkebunan berupaya menjadikan kopi sebagai komoditas unggulan yang menguntungkan sesuai arahan Holding Perkebunan dengan upaya hilirisasi dan membangun jejaring restoran yang memberikan pengalaman unik bagi para customer dan stakheholders.
Pabrik Kopi Banaran merupakan pabrik kopi tertua di Kabupaten Semarang, yang masih berproduksi hingga saat ini. Pada tahun 2022, Pabrik Kopi Banaran menghasilkan 216 ton kopi robusta kering untuk pasar ekspor ke beberapa negara seperti Italia.
Selain pabrik, para pengunjung juga bisa melihat proses roasting dan bersantai menikmati hidangan di resto Banaran 9 maupun cafe Banaran 1911 yang berada di dalam wilayah pabrik.
Dubes Ethiopia, Fekadu Beyene Aleka beserta rombongan tampak antusias menyaksikan proses pengolahan kopi di pabrik, terutama proses sortasi dimana sebagian prosesnya masih mempekerjakan ibu-ibu, yang secara teliti menyortir biji kopi secara manual dengan tangan. Menurut beliau, pemisahan grade biji kopi akan meningkatkan nilai dan harga produk menjadi lebih baik.
Dalam diskusi dengan para Duta Besar, Dwi Sutoro juga menjelaskan skema program Makmur yang diusung oleh Menteri BUMN dalam program PMO Kopi Nusantara. “Dalam PMO Kopi Nusantara, kami membangun ekosistem bisnis yang berkelanjutan, dimana fokus kami adalah meningkatkan produktivitas petani. Kami pemberian akses terhadap agro-input seperti pupuk non-subsidi dan bibit, pembiayaan, pendampingan budidaya, hingga pemasarannya,” ungkap Dwi Sutoro. Dwi mengajak agar negara penghasil kopi seperti Ethiophia juga bisa membangun ekosisten bisnis berkelanjutan yang sama agar kesejahteraan petani terus meningkat. (red)
Discussion about this post